Ticker

10/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Menanti Jundi yang Tak Kunjung Hadir dalam Rumah Tangga

Oleh : Zahrina Nurbaiti



Zahrina Nurbaiti
Zahrina Nurbaiti



Setiap keluarga yang telah lama melangsungkan pernikahan, pastinya menginginkan hadir seorang jundi yang mampu memecahkan kesunyian disaat kesepian melanda. Belum lagi celoteh kecil yang mampu menghidupkan suasana, saat lelah pulang berdakwah. Namun, bagaimana jika hal tersebut tak pernah kunjung hadir, setelah belasan tahun penantian sang jundi serta segenap ikhtiar telah dilakukan.

Haruskah meratapi dengan menangis karena takdir tersebut? Ya Rabbi, jadikanlah kami hamba-Mu yang selalu pandai bersyukur dengan nikmat yang telah Engkau anugerahi, dan berikanlah kesabaran pada kami atas ujian yang Engkau berikan dan tetapkanlah kami di jalan dakwahMu hingga hidup mulia atau kesyahidan menemui kami.

Selanjutnya, apa dan bagaimana sikap kita jika mendapatkan cobaan sang jundi yang belum hadir ditengah-tengah keluarga? Berikut beberapa tips, hal dan sarana yang dapat kita lakukan:

1. Membina hubungan yang erat dengan Allah SWT (Quwwatu Sillah Billah)
Dengan adanya hubungan yang erat dengan Allah SWT, yakinlah bahwa hati ini menjadi lebih tenang, lebih tawakal dengan setiap cobaan yang diberikan-Nya. Yakinlah bahwa rencana Allah SWT jauh lebih indah dari rencana kita.

2. Berkonsultasilah ke dokter
Jika dalam satu tahun usia pernikahan belum ada tanda-tanda kehamilan, maka hal pertama yang bisa dilakukan pasangan adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter, baik sang isteri maupun suami, agar lebih mudah pengobatannya.

Lalu, terimalah hasil test dari dokter tersebut dengan kesabaran, kebesaran jiwa dan tidak saling menyalahkan diantara pasangan kita, agar pernikahan terus berjalan dan tetap harmonis. Janganlah bersedih hati apalagi berputus asa. Teruslah berikhtiar, meskipun untuk melakukan hal ini dibutuhkan biaya yang cukup besar. Jangan langsung tergoda untuk berobat ke pengobatan yang terkadang membawa kita jatuh pada nilai-nilai kemusyrikan (contoh: bawa ayam hitamlah, aneh-aneh saja)

3. Carilah Aktivitas Yang Positif
Setiap manusia, pada prinsipnya tidak menyukai hal-hal yang monoton, namun lebih menyukai hal-hal yang dinamis. Ketika belum ada tanda-tanda kehamilan dalam pernikahan, maka carilah aktivitas yang positif, seperti:

a. Menjadi seorang pendidik/murobbi
Ada perasaan bahagia yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, manakala melihat binaan (mad’u) kita mendapatkan jodoh seorang pria (ikhwan) yang shaleh dengan keluarga yang sakinah tentunya.

b. Melanjutkan kuliah.
Sambil menunggu kehadiran sang jundi, kita bisa memilih untuk melanjutkan kuliah. Dan biasanya saat kuliah, akan banyak tugas-tugas dan presentasi, sehingga membuat kita sibuk untuk mengerjakan hal tersebut, jadi tidak larut dengan cobaan yang sedang melanda kita. Tetapi jika terlihat tanda-tanda kehamilan, bisa saja cuti dahulu demi keselamatan sang janin. Semua itu bisa dikomunikasikan dengan pasangan kita tentunya.

Sehingga kuliah dapat kita jalani dengan enjoy. Tentu saja kita harus mampu mengelola waktu dengan sebaik-baiknya, antara kuliah, dakwah dan rumah tangga. Apalah artinya jika kita sukses kuliah, dakwah, tetapi rumah tangga kita berantakan (tidak terurus).

c. Aktif berdakwah di tengah masyarakat
Sebagai seorang muslimah, kita bisa mendaftarkan diri menjadi koordinator kewanitaan (Kornit) atau sebagai muballighah (pembicara), baik di Pos KK maupun kegiatan Forsitma. Selain menambah kepercayaan diri kita, hasilnya juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

d. Cobalah untuk menulis (bisa artikel, novel islami, cerpen, dsb)
Semua diri kita pastinya mempunyai potensi yang telah Allah gariskan, hanya saja tinggal bagaimana kita mampu mengasahnya. Seperti Habiburahman El-Shirazy dengan kisah: Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Berstasbih, atau Ketika Cinta Berbuah Surga.

Nah, kita pun bisa oiba-coba menulis apa saja. Misalnya, menulis “Ketika Menjemput Kesyahidan di Palestina”, atau apa sajalah. Insya Allah, ide itu akan mengalir begitu saja dengan pertolongan Allah tentunya.Dengan bismillah, insya Allah kita pastinya bisa.

e. Ikut kursus-kursus kilat
Selain hal diatas, kita juga bisa ikut kursus menjahit, kursus Bahasa, kursus salon Muslimah, kursus tata boga, dan lain sebagainya. Intinya, waktu akan terasa lebih cepat, daripada hanya sekedar berfikir atau meratapi takdir, kok belum hamil-hamil juga ya?

f. Menjadi trainer
Seorang muslimah, bisa juga bergabung bersama pelatihan manajemen Trustco misalnya. Mudah saja, kita hanya melakukan presentasi dengan tema “KONSEP DIRI” misalnya selama 45 menit, lalu dinilai oleh Tim Trustco. Setelah dinyatakan lulus, banyak ikut magang isi pelatihan. Tetapi jangan lupa hal itu dikomunikasikan lagi dengan pasangan hidup kita, agar langkah kita menjadi lebih ringan.

Perlu di ingat, dibalik kesuksesan seorang suami, pasti ada peran seorang isteri di belakangnya yang selalu mendukungnya. Begitu pula sebaliknya, apalah artinya menjadi isteri yang sukses berdakwah tanpa ridho dari suami tentunya. Dan suami yang baik adalah yang mampu memotivasi sang isteri untuk terus berkembang, saling asih, asah dan asuh.

Tanpa dukungan sang suami, tidak mungkin kita bisa seperti ini. Dakwahlah yang menyatukan cinta dan hati kita, biarlah kematian saja yang memisahkan kita, mengumpulkan kita berdua di surga-Nya yang abadi, Amiin.
Kuucapkan Jazakumullah Khairan Ahsanul Jazaa, kepada suamiku, cintaku, sayangku yang terus menemaniku dari segala kondisi yang menimpaku. Yang mau menerimaku dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Rasanya, baru kemarin gaun pengantin aku kenakan, hingga tak terasa waktu demi waktu terus berganti menemani pernikahan kami. Subhanallah, ternyata 14 tahun sudah usia pernikahan, kami jalani.

4. Bina terus komunikasi dengan pasangan kita
Jangan pernah sungkan atau malu mengungkapkan perasaan yang kita rasakan pada pasangan kita dengan cara yang baik tentunya. Bisa saja hal itu kita lakukan, seperti saat kita sedang berdua makan malam di luar dengan suasana yang cukup romantis. Tidak perlu mahal, yang penting makna kebersamaanya.

Walaupun hanya nasi uduk di Pisang Bintaro, ataupun bubur Cirebon di Sektor 9 Bintaro, hal itu bisa kita lakukan, atau dimanapun yang penting tidak terlalu mahal. Jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita selesai mengungkapkan perasaannya. Tataplah mata pasangan kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Subhanallah, indah sekali rasanya. Tidak ada ada masalah yang tidak ada solusinya, pastinya semua masalah ada solusinya.

5. Berbaik sangka terus menerus kepada Allah SWT
Janganlah sekali-sekali kita berburuk sangka (su’uzhon) kepada Allah SWT, mengapa belum hamil juga? Bukankah Allah selalu mengikuti persangkaan hamba-Nya. Buatlah selalu fikiran yang positif mengapa kita belum diberi seorang anak.

Bisa saja hidup kita memang untuk membahagiakan orang lain, meski terkadang kita harus mengorbankan kebahagiaan yang kita miliki, lebih dibutuhkan masyarakat misalnya. Sehingga jasmani kitapun tetap sehat, bukankah kesehatan ruhiyah sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani?

6. Mengambil anak di panti asuhan atau anak saudara
Ini bisa menjadi alternatif jika belum ada tanda-tanda kehamilan. Tapi jangan lupa komunikasikan kembali dengan pasangan hidup kita dan juga keluarga besar tentunya. Walaupun dalam Islam tidak ada hukum Adopsi. Bisa saja hal ini dilakukan dalam rangka merangsang hormonal kita, sehingga kita benar-benar merasakan seperti memiliki anak sendiri (tapi bukan memancing untuk punya anak seperti mitos yang berkembang di tengah masyarakat saat ini, takut-takut jatuhnya ke arah syirik).

7. Mengikuti program bayi tabung
Ketika inseminasi buatan tidak berhasil dilakukan sebanyak maksimal 3 kali, biasanya dokter menganjurkan untuk mengikuti program bayi tabung. Di RS. Harapan Kita, biaya sekitar Rp 60-70 juta, juga di Makmal UI sekitar Rp 45 juta, itupun tingkat keberhasilannya adalah 1: 4. Yang namanya ikhtiar, bisa saja dilakukan, namun sebaiknya usia di bawah 40 tahun (maksimal 38 tahun).

Semoga beberapa tips tersebut dapat membantu bagi keluarga ikhwan dan akhwat yang mendapatkan ujian yang sama. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah SWT, yakinlah bahwa Allah SWT tiak akan membebani di luar batas kemampuan hambaNya. Isilah hari-hari yang indah ini dengan amal sholih yang berkesinambungan, meskipun sedikit namun rutin kita lakukan.

Ya Allah ya Robbi,
Kuatkanlah bahtera rumah tangga kami,
Meskipun ujian melanda,
Janganlah membuat kami jauh dari-Mu,
Apalagi putus asa dari Rahmat-Mu
Engkaulah yang menyatukan Cinta dan Hati kami dalam Da’wah-Mu,
Hingga hidup mulia atau kesyahidan menemui kita

Suamiku Aa Rudi Lesmana, yang aku cintai dan sayangi karena Allah SWT
Jangan pernah bosan untuk terus menasehatiku untuk menjadi isteri yang sholihah,
Aku tidaklah secantik Aisyah,
Tidak pula se-sholihah Siti Khodijah,
Tidak pula sesuci Maryam,
Tidak pula setegar Asiyah,

(Namun aku adalah wanita akhir zaman yang berusaha untuk menjadi Isterimu yang sholihah).

Posting Komentar

0 Komentar